THE GENK ………
Kelompok
kecil dalam persahabatan anak-anak seusia Asa, kelompok umur belasan. Atau
biasanya lebih lumrah dan akrab untuk anak ABG. Tapi tak apalah. Asa kan masih
tergolong ABG, tapi ABG akhir. Akankah dia kembali melakoni seperti masa-masa
sekolah menengah. Oh tidak mungkin aku sudah berada didunia yang baru dimana
aku harus belajar untuk tumbuh dewasa dan mendiri. Fikir Asa berkecamuk
memutuskan pola hidup dan cara bertemanya. Asa yang dulu dikenal dalam kelompok
anak-anak smart bintang sekolah. Alangkah menyenangkan dan sangat membanggakan
berada disaat itu. Ingin rasanya untuk kembali memutar waktu dan merasakan hal
itu dengan penuh canda dan sikap kerja keras yang ditanamkan Almarhum Ibunda
Rifmalta Rifai. Dengan semangatnya yang menggebu dan dengan sedikit kecerewetan
yang terkadang membuat telinga kami memanas. Tak hanya para siswa bahkan para
gurupun mengumpat penuh rasa benci. Tapi, itu sangat bermakna saat ini. Semua
takkan kami peroleh hingga sejauh ini. Rasa pengabdian dan dedikasinya yang
tinggi terhadap sekolah menjadikan sekolah kami kedalam sekolah unggul
Kabupaten yang letaknya dipinggiran. Dan termasuk apa yang Asa peroleh saat
ini. “Terimakasih Ibunda, jasamu takan slalu kami kenang.”
Tanpa sadar
air mata Asa menetes dipipinya mengenang masa haru dan penuh perjuangan pada
saat akhir di Sekolah Menengah Atas.
“Aku tak
akan pernah berhenti ibunda, terimakasih untuk semuanya. Semangatmu yang
berapi-api membawaku berjalan sejauh ini. Aku akan membanggakanmu, semua tak
akan sia-sia jika kita semua yakin dan bekerja keras. Dan jangan pernah lupa
dengan Sang Pencipta, seperti yang selalu ibu ingatkan kepada kami semua.”
Sejenak Asa
tak biasa melepaskan perasaan itu dari hatinya, waktu begitu cepat berlalu dan
seakan terlalu cepat untuk segera berhenti untuk hari ini.
Asa yang
hanyut dengan kenangannya, masa-masa yang membentuknya hingga ia sampai dan
datang pada hari ini. Lima orang teman Asa datang dan mengagetkan lamunannya. Sebenarnya
masih ada satu orang lagi tapi dia jarang dan bahkan bias dibilang g pernah
ngumpul bareng. G tau kenapa. Ya udah akhirnya terbentuklah genk cwe PTB 08.
Meski sekarang Cuma enam orang tapi kami tak penah meninggalkan Manda. Kapan
pun dia datang, kami akan selalu kompak jadi total semuanya jadi tujuh orang.
Hohoho banyak juga y.
“
hey melamun aja, suara manja disertai pelukan tangan Fitri yang langsung
menggelayuti lehernya membuat Asa tertegun.
“
Hmm g kok, dari mana kok baru muncul, dari tadi ditungguin.
”
Iya ni nemani Kepril dari Perpus. Tadi kamu kan lagi ketemu dosen, makanya g
diajak jawab Fitri tak bersalah.
“
Ngelamunin apa sech ? hmm aye tau ne, jangan-jangan bg Desta y. Kepril
menimpali.”
“
iiihhh apaan sech, Spa bilang ? enak aja. Kaya g ada kerjaan aja dech.” Jawab
Asa mengelak dan mencubit lengan Kepril tanpa ampun, itu menandakan dia tidak
sedang memikirkan laki-laki yang sudah mengganggu kehidupannya.
“
siapa tau jenk, kemaren nanyain lagi tuh. Biasa titip salam tetap berlangsung.
Udah dech terima aja. Lagi-lagi kepril tukang promosi.”
“
Y ntar difikirkan.” Jawab Asa kosong.
“
Hmm siapa sech ? Fitri, Wulan, Komala, and Wati penasaran.”
“
Udah ntar liat aja, ada yang lagi diincar senior tuh lagi-lagi Kepril bikin
masalah.”
“
Kepril udah dong, belum jelas juga. Jangan dibesar-besarkan ntar g jadi. Hmmm
malu ndri. Jawab Asa memohon”
“
Yakin-yakin yang ini bakal dapet dech. Kepril kembali meyakinkan Asa dengan
binary matanya yang indah.”
Melihat
Kepril begitu bersemangat kali ini, huff itu baru kali kedua, meski sms tetap
berlanjut. Walau sekedar hal yang biasa. Soal rumah, kuliah, teman-teman. Asa
tau persis siapa Kepril dia g akan melakukan ini kalau dia tidak yakin. Hmmm
wahai pengganggu pergilah dari hidupku.
Teriknya
udara siang itu tidak terlalu terasa karna ruangan itu ber-Ac. Meski tak sebesar perpustakaan pusat ruangan
ini cukup untuk menampung 20 orang mahasiswa untuk sekedar membaca, berdiskusi
dan sebagainya. Kami menyebutnya ruang Pak Kud, nama Pak Kudri yang
dipendek-pendek. Sebenarnya itu bukan ruang Pak Kud tapi itu perpustakaan
jurusan. Tapi karna diruangan itulah Pak Kud selalu ada dan melayani mahasiswa
baik di perpustakaan jurusan dan sebagai teknisi laboratorium Pemetaan dan Ilmu
Ukur Tanah.
Sedikit
berisik karna ada beberapa mahasiswa sedang berdiskudi dan mempertahankan
pendapatnya masing-masing dengan alasan-alasan yang rasional dan diterima akal
sehat.
Seperti
biasa Asa akan menyapa Pak Kud yang ramah. Dan akan slalu diikuti dengan
nasehat-nasehat khas orang tua. Betapa beruntungnya, masih ada orang tua yang mau
menegur dan memberikan nasehat kepada kita semua. Dengan kata iya itu cukup
menenangkan Pak Kud atas nasehat yang diberikannya, dan terimakasih dengan
senyum simpul diwajah Asa memperhatikan orang tua itu.
Ruangan
berukuran sebesar local kuliah itu mulai padat, karna mahasiswa lain
berdatangan setelah kuliah berakhir walau hanya untuk sekedar mendinginkan
tubuh atau sekedar menghilangkan haus dengan membeli sebotol air mineral dan
meneguknya hingga tak tersisa.
“
Makan yuk, laper ni rengek Fitri yang kelihatan sedang menahan perutnya yang
mulai bernyanyi. Huhuuhu udah nendang-nendang ni lagi-lagi Fitri bikin biang
keributan buat orang lain yang tak pernah tau apa maksudnya.”
“
Asa melirik jam tangannya yang besar. Seleranya yang tak pernah berubah tentang
sebuah jam tangan. Sekilas mirip jam tangan cwo tapi kalo diperhatikan secara
seksama sebenarnya desainnya lebih cocok disebut tomboy. Beberapa saat Asa
langsung berujar, Benar juga udah jam makan siang. Tapi, ntar dululah abis
shalat zuhur kita langsung makan, ntar lagi kok. Sanggupkan sayang ? Asa
menyakinkan Fitri yang udah kelaparan abis.”
Fitri yang
paling manja, anak semata wayang. Wati, Manda, Komala anak bungsu. Kepril anak
sulung dan cwe satu-satunya. Wulan layaknya Asa dia juga cwe satu-satunya. Entah
kenapa dari dulu Asa selalu berteman dengan anak-anak yang bias digolongkan
sedikit manja dan keluarganya over protectif dech. Biasanya anak bungsu, anak
cwe satu-satunya atau anak tunggal. Dan termasuk Asa sendiri. Menjadi anak cwe
satu-satunya membuatnya tak bisa bergerak walau bisa dikatakan Asa adalah anak
yang mandiri karena dia harus menyadari posisinya dalam keluarga yang
membuatnya harus mengerjakan hal-hal yang harus dikerjakan anak perempuan
sendiri. Tapi ditengah kemandiriannya itu takkan banyak orang menyangka Asa
adalah anak yang manja dan sedikit kekanak-kanakan dalam keluarganya.
Menyadari
hal itu Asa hanya tersenyum dan itu membuat teman-temannya mengangkat bahu dan
merasa aneh.
“
Oke shalat dulu. Fitri angkat bicara tapi abis sholat langsung kekantin kampus
ya dah laper benget ni.”
“
iya anak manja. Jawab Asa meledek Fitri dan segera sembunyi dibelakang Kepril
agar terhindar dari tangan Fitri yang lumayan usil. Nah sekarang ayo kemushala.
Asa keluar dari belakang tubuh Kepril dan sedikit menjauh dari Fitri .”
Menyenangkan
jika suasana seperti ini akan selalu mengelilingi hidup kami semua fikir Asa
melayang, sahabat-sahabat setia, anak-anak mama dan bunda. Huff…. Sempurna nya
hidup ini Asa menghela nafasnya sendiri dan beranjak meninggalkan perpustakaan
Jurusan.