Sabtu, 31 Maret 2012

Senin, 26 Maret 2012

antara langkahmu: lugu........

antara langkahmu: lugu........

lugu........


LUGU………………

“ Jenk… mmm ada yang titip salam tu.”
Sapaan itu seolah telah menjadi budaya baru dalam kehidupan Asa yang biasa, dari kata-kata berlanjut dengan hal-hal yang baru.  Kota yang berbeda, teman-teman, dengan lingkungan yang jauh berbeda disebuah universitas yang baru. Segala hal terasa jauh berbeda dari sebelumnya, Asa yang tak pernah mengenal apa-apa tentang bergaul dengan orang-orang yang berasal dari tempat yang berbeda bergabung menjadi satu yang setiap hari berada dalam ruangan yang sama. Meski hanya dalam sekelompok kecil yang Asa kenal dalam satu angkatan. Hmmmmm, tak juga terlalu melelahkan. Asa senang berada disini dengan segala keluguan dan kepolosan yang Asa miliki. Dan meski tak terasa dunia terasa tak begitu senang dengan hal itu sehingga begitu mudah mempermainkannya dan membuatnya percaya dengan segala kebohongan yang ada didalamnya.
Setelah menyampaikan sapaan dan sebuah pesan perkenalan itu Kepril langsung menggoda dengan hal-hal yang membuat Asa setengah tertawa tak yakin. Itu sudah sering terjadi tapi kali ini sedikit berbeda.
“ Terakhir aye ketemu dia kemaren lho, trus nanyain tu jenk. Ya udah aye bilang aja kenalan aja, eh gak tau nya malah titp salam, ya udah sekarang dech disampaikan.”
Asa hanya membalas dengan senyum, hal yang biasa dan lumrah dirasakan oleh seorang mahasiswa baru, cwe lagi, kuliah di fakultas teknik. Hahahahaha rasa tawa meledak dalam fikir Asa, kemana lagi ? yah jelaslah jadi incaran senior-senior. Hmmmm…..
Fikiran yang jauh menentang semua itu, yang dia yakin dunia luar dimana tempat saat ini dia berdiri penuh dengan berbagai kebohongan yang siap menipu nya setiap saat. Serta dengan segala kekejamannya akan membunuhnya perlahan-lahan tanpa dia sadari. Asa selalu membangunkan jiwanya untuk itu. Dan setiap ada yang akan mengganggu hati dan fikirannya Asa selalu mengelak dan mencampakkannya dengan sedikit kejam terhadap dirinya sendiri.
“Bener, eh malah pake acara g percaya”. Kepril meyakinkan dengan gaya nya yang khas. Klo g percaya liat aja ntar.
Puluhan sms jadi bukti bahwa pernyataannya sama sekali tidak salah dan tidak sedang mempermainkan atau hanya sekedar menggoda Asa.
Asa hanya tersenyum membaca hal-hal yang mungkin terlalu gombal, mengada-ngada dan terkadang terasa sedikit murahan. Dia tidak kenal dengan nama Desta. Namun, Asa penasaran juga. Siapa ya fikirnya ?
“Kok senyum ? kenal y ? Tanya kepril.”
“hmmm g, Cuma penasaran aja…”
“selain itu waktu kuliah dia banyak Tanya tentang kamu lho jenk, ya udah aye kompor-komporin aja tu. Yakin gak apa-apa kok. Lagian anaknya pinter juga, baek. Sekarang udah semester tujuh tu, semua mata kuliahnya udah mau abis, udah tinggal dikit, semester depan mau magang lagi. Apa g enak tu, dapat yang udah senior, pinter lagi, ganteng juga kurang apa jenk.”
Lagi-lagi Kepril si tukang kompor buka biro jodoh. Asa tau sejak pertama dia menginjakkan kaki di Universitas ini bukan apa-apa hal itu sudah biasa didengarnya. Tapi aneh kali ini muncul sedikit rasa penasaran dihatinya. Seingatnya dia sama sekali belum pernah mengenalnya, apa lagi muncul dihadapannya sebagai senior yang sok berkuasa and arogan.
“ Who is ? I never know about him.” Hanya itu yang timbul dalam fikiran Asa meski ada sedikit rasa untuk ingin tau.”
Kepril yang sudah terbiasa dengan sedikit godaan, membuat Asa semakin penasaran. Ah lihat saja nanti,,,,, masih pagi kok fikir Asa. Ngapain buru-buru jawab Asa waktu itu. “Bener-bener tu jenk”, Kepril menimpali. Tapi kali ini ambil aja dech aye promosi ni, yakin dech g mengecewakan.
Asa berharap jika hal itu memang benar adanya kenapa tidak ada keberanian dihatinya untuk menyampaikan sendiri. Seperti tanpa pertanggungjawaban, huff dan sekarang bukan zamannya lagi. Dasar laki-laki fikir Asa.
Sebenarnya hal itu sudah dapat diprediksi, ada yang bersaing terang-terangan dan ada yang menggunakan pengaruh orang lain yang biasanya sahabat dekat. Hah cara tahun 80 an, tp mmmm mungkin g juga. Tahun 80 an kan pake surat cinta yang sebenarnya adalah hal yang paling diinginkan sepanjang hidup Asa. Oh betapa romantisnya itu. Ingin sekali Asa membaca tulisan itu dan dengan berbunga-bunga dia kan melayang ketempat tidur menghempaskan tubuhnya dengan penuh rasa bangga dan bahagia yang tak boleh dimiliki dalam hatinya yang egois.
Kepril menghentikan godaannya terhadap Asa, dosen pagi itu telah memasuki ruang kuliah. Dan terkadang disaat seriuspun Kepril melalukan itu lagi yang membuat Asa terpaksa mengerahkan sedikit kemampuannya mencubit lengannya yang kurus. Huffffff kepril, hentikan itu ini hari pertama kita memasuki local kuliah ini, jangan sampai wajah-wajah bidadari seperti kita jadi iklan didepan kelas atau sekedar penyiar radio di belakang.
“oke-oke, berenti dech. Hmmm tapi ada tuh yang lagi berbunga-bunga” kembalil kepril menggoda.
Dengan wajah yang sedikit memerah Asa kembali memperingatkan, kepril stop it. Kita lanjutkan nanti ok. Dosen garang tuh dah mulai liat-liat ne.
“Ntar dech aye sampaiin ke dia, ntar kan ada kuliah bareng dia tu jam 4-6 di GL- 2. Sekalian aja ntar aye atur dech.”
Memang benar waktu itu sedikit terbersit dalam hati Asa untuk itu. Tapi dia membiarkan semua berlalu, biarlah kepril melakukan itu. Sepertinya dia akan berbahagia, semoga saja Kepril sang biro jodoh menemukan hatinya.
Ketika perkuliahan pagi itu selesai tepat jam 09.40. Asa berlalu and see u Kepril, selamat kuliah aye pulang dulu ya, mau ngerjain tugas gambar ne belum siap.
Dengan senyumnya kepril menjawab “Oke-oke, tunggu aja berita selanjutnya.”
Tanpa menunggu Kepril keluar untuk berbarengan keluar. Asa meninggalkan Kepril sendirian mengemasi buku-bukunya.
Melewati koridor kampus, Asa berjalan tanpa ada rasa canggung sedikitpun. Buat apa harus canggung, meski aku mahasiswa baru fikirnya. Itu kan karna mereka duluan aja melangkahkan kaki kesini. Dengan buku-buku ditangannya, beberapa kelas sudah terlewati hingga sampai ke local GL-2.
Setengah tak sadar Asa mencari suara yang memanggil namanya dengan satu sapaan yang lembut.
 “Asa, apa kabar ?”
Huff aku tak kenal suara itu, Asa memalingkan wajahnya kekiri dan kanan dengan sedikit tergagap Asa menjawab.
“ohh hai bg, maav ya td Asa g tau asal suaranya dari mana. Rasanya kita belum berkenalan. Kabarnya baek, klo gitu salam kenal dulu and kabar bg gimana ? sena g berkenalan sama abg. Ngomong-ngomong kok tau nama aku Asa ?”
Desta tersenyum simpul menyaksikan sikap Asa. Hmmm lagi-lagi, sikap terlalu lugu Asa muncul tanpa diduga. Membiarkan Asa tertegun dalam keluguannya. Tiba-tiba Desta memecah keheningan.
“oh ya udah ya abg mau masuk dulu.”
“oh oke bg see u.”
Sepanjang perjalanan pulang Asa sempat memikirkan apa yang baru saja terjadi padanya. Meski dia sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu tapi kali ini sedikit aneh. Berulang kali dia megingatkan hatinya untuk tidak terpengaruh oleh suasana yang tak pernah difikirkannya.
“ Oh Asa jangan lakukan itu, hentikan itu sekarang.”
Setengah memerintah pada fikirannya yang terus berkutat tentang perkenalannya yang lumayan aneh menurutnya. Oh biarkan saja, dia akan segera berhenti disaat aku sampai dirumah dan punya kesibukan mengerjakan tugas nanti.
Sesampainya dirumah, kembali handphonenya bordering, nada sms. Seolah setiap langkahnya dihitung hingga dia tau bahwa saat itu Asa telah sampai dirumah.
“Siapa ya ?” nada penasaran menyelimuti hatinya. Sebuah nomor baru yang sama sekali tak pernah dikenalnya.
“ Hey Asa, udah sampai rumah y ? ne abg. Bg dapet no hp nya dari Kepril barusan.”
“Setengah mengutuk Kepril, Asa menjawab sms itu. Hmm hai juga bg, maav abg yang mana y ? namanya siapa ? maav y Asa g tau ini no hp abg apa.”
“Kepril-kepril awas y.” gerutunya sendiri.
“Bg Desta yang tadi negur kamu depan local, disave y.”
“oke bg, makasih y. oh bukannya bg lagi kuliah kok sms.”
“aman kok tenang aja, g bakal ketauan kok. Btw lagi apa ne ? bg ganggu g ? jangan-jangan lagi istirahat.”
“ada juga Asa bg yang ganggu, abg kan lagi kuliah tu. Yakin  ne bener-bener g akan ketauan. Klo iya sms nya ntar aja, gpp kok. Klo Asa sech fine-fine aja. Its ok.”
“oke dech see u.”
“ see u 2.”
Sms itu berakhir, dan Asa mulai sedikit tenang untuk segera mengganti bajunya, dan bersiap untuk mengerjakan tugas gambar yang menunggunya.
Setengah berharap Asa berujar “ semoga kali ini aku bisa melewatinya seperti yang dulu. Tak akan ku biarkan dunia yang kejam menggangguku.”